jump to navigation

Tips Bengkel Sepeda Motor March 1, 2009

Posted by aerobtm in Peluang Usaha.
trackback

Pelanggan yang Memburu Servis Bagus
Rubrik Khusus 09-02-2009

PENGALAMAN Sri agaknya bisa dijadikan pelajaran. Beberapa bulan setelah membeli sepeda motor baru, perempuan cantik berusia 29 tahun yang tinggal di bilangan Jalan Mandala By Pass ini, sempat kebingungan mencari bengkel servis. Sebenarnya, dia masih punya jatah servis gratis di bengkel resmi asal sepeda motor kepunyaannya. “Meski gratis, pokoknya beratlah servis ke sana,” ungkapnya.
Banyak alasan yang disebutkan Sri atas keberatannya menjadi pelanggan bengkel resmi. Pertama, antrean yang terlalu lama. Pernah, pada suatu hari, Sri harus menunggu lebih dari 5 jam untuk menanti sepeda motornya selesai diservis. Dia mengaku, mau tak mau harus mau memahami situasi bengkel resmi. Sebab, bisa dilihat sendiri, jumlah pelanggan yang harus dilayani terlalu banyak. Meskipun, tenaga mekanik yang disediakan tidak sedikit.
Kedua, perkara hasil servis. Baginya, hasil servis amat sangat penting. Sri yang sebelumnya sudah memiliki sepeda motor, meyakini pengalamannya sebagai guru terbaik. Dia bilang, servis di bengkel resmi jarang-jarang yang bikin senang hati. Dari dulu juga orang tahunya begitu. “Mungkin, karena pelanggannya terlalu banyak. Karena terlalu banyak, mekanik mengerjakan dengan tergesa-gesa,” katanya.
Kebetulan, benar saja. Sepulang dari servis ringan, kondisi sepeda motornya bukan malah membaik. Justru sebaliknya. Ketika membawa sepeda motor, hari itu juga, setelah berjalan menjauhi lokasi servis sekitar 1 km, tiba-tiba saja sepeda motornya layu, sama sekali tanpa suara. Mesin mati persis di tengah jalan. Hatinya kembut. Kulit kuning langsatnya sedikit memucat. Klakson mobil-mobil mulai terdengar dari belakang. Cepat-cepat Sri memencet starter. “Syukurlah, masih hidup. Ya Tuhan…” kisahnya.
Kembali dia memacu sepeda motor menuju kantor tempat bekerja. Selang beberapa menit, lagi-lagi mesin mati. Karena panik, Sri terpaksa kembali ke bengkel untuk minta servis ulang.
Setelah kejadian itu, “Biar dikata gratis, maaf-maaf sajalah. Aku lebih bagus cari bengkel lain yang menurutku lebih cocok.”
Mahal Bukan Masalah
Pelanggan semisal Sri agaknya bukan tipe konsumen yang mempersoalkan berapa harga jasa sekali servis. Itu diakuinya di kala dia berusaha mencari tempat servis lain. Tak jadi soal bengkel yang dituju tak punya nama. Yang terpenting, servisnya memuaskan.
Namun, sayang sungguh disayang. Malang nian nasibnya. Jika sepeda motornya yang lama tidak pernah ditolak bengkel mana pun yang didatangi, motor barunya punya kisah beda. Sri mendatangi beberapa bengkel. Hasilnya, dia memperoleh penolakan secara halus dari para mekanik. Sebab, sepeda motor barunya agak sulit diservis. “Katanya sih, lebih sulit dibanding menservis jenis matic atau motor lain,” ujarnya. Andai pun diterima, masa pengerjaan memakan waktu lebih lama ketimbang motor-motor lain.
Sampai suatu hari, seorang teman sekantor memberitahukan, ada bengkel yang mau terima.
Bengkelnya baru buka. Tapi, mekanik minta jasa pengerjaan sedikit lebih mahal. Dan Sri setuju. “Gak pa-pa lebih mahal. Yang penting bisa bagus. Kretaku – sebutan untuk sepeda motor di Sumut) dah berbulan-bulan gak servis,” ujarnya lagi.
Pemilik sepeda motor bernama Salim, pun menghendaki hal serupa. Baginya, amat sangat sulit mencari mekanik yang benar-benar pas dengan rasa nyaman yang didambakannya usai menservis sepeda motor kesayangan.
Pria berusia 30 tahun yang berdomisili di AR Hakim Medan ini, tak mempersoalkan harga jasa yang diminta si mekanik. Sebab, murah tetapi tak bermutu justru bisa mengancam daya tahan mesin dan memperpendek usia kendaraan. Hingga kini, usia sepeda motor kepunyaannya sudah lebih dari lima tahun. “Aku yakin, kretaku bisa tahan lebih lama lagi.” Asalkan saja, katanya, mekanik yang dipilih benar-benar bisa menangani dan mengetahui seluk-beluk sepeda motor yang dia punya.
Sempat dia membandingkan sepeda motornya yang berusia kira-kira dua atau tiga bulan lebih tua digunakan rekan sekantornya. “Bisa dilihat sendiri, kan? Kretaku lebih awet,” ungkapnya.
Soal perawatan mesin, dalam pandangan Salim, seorang ahli mesin atau mekanik, ibarat sesosok dokter. Bila ada yang menyebut dokter A bertangan dingin, dokter B kurang serasi, dokter lain lebih parah lagi, “belum tentu begitu.” Semua itu tergantung kecocokan serta perasaan masing-masing. “Ah, pokoknya yang penting cocok dan baguslah hasil servisnya,” ungkapnya lagi.
Tahun-tahun pertama punya kendaraan, Salim mengaku rajin mencoba begitu banyak bengkel. Tetapi, lagi-lagi dia kembali pada bengkel yang menurutnya pas dan klop dengan seleranya.
http://www.medanbisnisonline.com/

Comments»

No comments yet — be the first.

Leave a comment